F I L S A F A T T E K N O L O G
Berikut ini adalah resensi dari buku yang berjudul "Filsafat Teknologi" yang di tulis oleh Francis Lim. semoga menarik anda untuk menambah pengetahuan tentang filsafat teknologi.
Keterangan Tentang Buku:
Judul Filsafat Teknologi (Don Ihde Tentang Dunia, Manusia dan Alat)
Pengarang Francis Lim
Penerbit Percetakan Kanisius
Tebal Halaman 199 Hal
A. ISI
BUKU
Dunia yang kita huni adalah dunia keidupan yang teknologis. Hidup manusia
sudah sepenuhnya dimediasikan oleh teknilogi. Sangatlah sukar untuk memikrkan
hidup tanpa alat, mesin ataupun fasilitas. Oleh sebab itu, pantaslah teknologi
direfleksikan secara fiosofis.
Membahas pemikiran Don Ihde tentang filsafat teknilogi, Francis Lim dalam buku ini menguraikanya dalam lima bab.
Pada bab awal, Lim membahas sejarah filsafat sains dan filsafat teknologi. Pada
bab II, Lim mengangkat refleksi Heidegger tentang teknologi khususnya mengenai
alat yang menjadi dasar bagi pemikiran Ihde. Kemudian pada bab-bab berikut
pembahasan lebih berfokus pada pemikiran Ihde sendiri. Bagaimana hubungan manusia-teknologi-dunia
kehidupan dalam pandangan Ihde, dibahasnya dalam bab III. Selanjutnya pada bab
IV, Lim menguraikan pemikiran Ihde tentang pengaruh dan danpak teknologi atas
manusia dan duniannya. Pada bagian akhir buku ini, Lim memberikan tanggapannya berupa
kritik terhadap pemikiran Ihde. Berikut ini kami mecoba meresensi buku ini
sambil memberikan tanggapan atasnya dengan melihat kelebihan dan kelemahannya
serta rekomendasi kepada kalangan mana buku ini
wajib dibaca. Semoga bermanfaat.
Bab I tentang filsafat teknologi dan
filsafat sains.
Pada pembahasan bab ini Lim menguraikan sejarah filsafat teknologi dan filsafat sains. Filsafat pada masa awal bersifat saintifik karena mempertanyakan ciri-ciri alam. Pada waktu itu, sains belum menjadi eksperimental. Pada masa renaissance filsafat alam dibedakan dari filsafat. Pada zaman modern filsafat dibedakan dari sains. Filsafat berhubngan dengan hal-hal metafisik, sementara sains berkaitan dengan hal-hal fisik. Dikatakan bahwa munculnya filsafat teknologi sangat berkaitan dengan filsafat sains, terutama dengan filsafat sains baru yang lebih konkret, praktis, perceptual dan ‘menubuh’ daripada filsafat sains lama yang teoritis, abstrak, idealistic, konseptual dan lepas dari kebertubuhan manusia. Ihde mengatakan bahwa terdapat wilayah pertemuan antara filsafat sains dan filsafat teknologi, yakni refleksi atas peranan instrumentasi. Sumbangan instrument terhadap sains antara lain ialah mengkonkretkan realitas yang sebelumnya hanya berada dalam wilayah teoritis saja. Menurut Ihde, realitas yang ditampilkan oleh perwujudan sains dalam teknoogi adalah realitas instrumental. Dengan demikian realism instrumental menjadi wilayah penghubung antara filsafat sains dan filsafat teknologi.
Pada pembahasan bab ini Lim menguraikan sejarah filsafat teknologi dan filsafat sains. Filsafat pada masa awal bersifat saintifik karena mempertanyakan ciri-ciri alam. Pada waktu itu, sains belum menjadi eksperimental. Pada masa renaissance filsafat alam dibedakan dari filsafat. Pada zaman modern filsafat dibedakan dari sains. Filsafat berhubngan dengan hal-hal metafisik, sementara sains berkaitan dengan hal-hal fisik. Dikatakan bahwa munculnya filsafat teknologi sangat berkaitan dengan filsafat sains, terutama dengan filsafat sains baru yang lebih konkret, praktis, perceptual dan ‘menubuh’ daripada filsafat sains lama yang teoritis, abstrak, idealistic, konseptual dan lepas dari kebertubuhan manusia. Ihde mengatakan bahwa terdapat wilayah pertemuan antara filsafat sains dan filsafat teknologi, yakni refleksi atas peranan instrumentasi. Sumbangan instrument terhadap sains antara lain ialah mengkonkretkan realitas yang sebelumnya hanya berada dalam wilayah teoritis saja. Menurut Ihde, realitas yang ditampilkan oleh perwujudan sains dalam teknoogi adalah realitas instrumental. Dengan demikian realism instrumental menjadi wilayah penghubung antara filsafat sains dan filsafat teknologi.
Bab II tentang pemikiran Heidegger mengenai
teknologi
Lim merasa penting untuk membahas pemikiran Heidegger tentang teknologi
karena Ihde banyak mendasarkan pemikiran Heidegger dalam filsafatnya. Menerut
Heidegger, teknologi sebagai sarana merupakan penafsiran instrumental,
sedangkan teknologi sebagai aktivitas manusia merupakan penafsiran yang
antropologis. Kedua pandangan ini masih dangkal dan menjadikan teknologi
sebagai alat melulu bagi sains. Teknologi dalam arti ontologis bukan hanya
sekumpulan instrument atau aktivitas teknologi, melainkan juga suatu cara
pengungkapan kebenaran atau suatu wilayah di mana entitas dan aktivitas muncul
seperti apa adanya. Bagi Heidegger, teknologi mendahului sains karena teknologi
adalah cara menyingkap dunia dengan membingkai. Cara pandang membingkai ini
melihat dunia sebagai persediaan yang siap digarap dan disimpan oleh manusia
untuk dipergunakan. Sikap atau cara pandang terhadap dunia ini membentuk cara
kerja sains dan cara manusia menggunakan alat. Manusia juga membangun relasi
eksistensial dengan dunia kehidupan melalui alat. Dunia dan kemenduniaan
manusia diungkapkan melalui alat yang digunakan manusia
Bab III Teknologi dan
dunia-kehidupan: instrument dalam dunia kehidupan
Bab ini merupakan bab inti yang mengulas sumbangan khusus Idhe dalam
filsafat teknologi yakni hubungan
manusia dan teknologi. Sebelum itu, penulis mengajak pembaca untuk menyadari bahwa
penggunaan teknologi telah mengubah pengalaman dan persepsi manusia. Baik
persepsi akan waktu, akan ruang maupun persepsi akan bahasa.
Ihde menggagas empat jenis
hubungan manusia dan teknologi. Keempat hubungan tersebut ialah hubungan
kebertubuhan (embodiment relations),
hubungan hermeneutis (hermeneutic
relations), hubungan keberlainan (alterity
relations) dan hubungan latar belakang (beckground
relations). Berbagai jenis hubungan manusia dan teknologi ini membentuk
suatu kontinum penggunaan alat teknologi oleh manusia dan bagaimana penggunaan
alat mengubah pengalaman serta persepsi manusia akan dunia-kehidupan. Dalam
tiga jenis hubungan yang pertama, alat berperan utama. Sementara dalam hubungan
latar belakang alat memainkan peran di latar belakang.
Tingkat kesadaran akan keberadaa alat ketika alat sedang digunakan
berbeda-beda. Di satu sisi ialah kesadaran akan wujud alat (opacity) dan di sisi lain adalah
ketidakperhatian adanya alat ketika alat sedang digunakan (transparency). Hubungan kebertubuhan mempunyai transparency yang tinggi dan opacity
yang rendah. Sedangkan hubungan keberlainan memiliki opacity yang tinggi dan transparency
yang rendah. Alat teknologi beralih dari transparency ke opacity ketika
beralih dari hubungan kebertubuhan ke hubungan keberlainan.
Dalam hubungan kebertuhan, ciri
transparan pada alat penting bagi manusia supaya dapat menubuh dengan alat atau
menjadikan alat sebagai perpanjangan tubuhnya. Alat dalam hubungan ini
meningkatkan dan memperluas jangkauan kemampuan tubuh manusia. Alat
diasimilasikan menjadi kombinasi manusia-alat sedemikian rupa sehingga alat dan
manusia pengguna bersama-sama menghadapi atau menafsirka dunia. Alat
difungsikan untuk mempersepsi dunia sekitar atau untuk melakukan tugas dan
biasanya tidak disadari karena sifat transparannya. Semakin tinggi kadar
transparansinya, semakin baik suatu alat memediasi manusia dan dunianya.
Hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut: (manusia-alat teknologi) dunia.
Pada hubungan hermenutis, ciri
kesadaran akan wujut alat (opacity)
memungkinkan alat menjadi terminus dari intensionalitas manusia di mana manusia
sebagai pengguna alat melihat dirinya terpisah dari alat. Alat adalah bagian
dari dunia dan oleh sebab itu, dibutuhkan penafsiran. Realitas dunia diwakili
oleh alat tersebut di mana dunia ditampilkan melalui teks yang ada ada alat.
Hubungan ini dapat digambarkan sebagai berikut: manusia (alat teknologi-dunia).
Hubungan keberlainan melihat alat
tenologi sebagai Yang-lain. Manusia memiliki pilihan hendak berelasi dengan
dunia melalui teknologi atau tidak. Hubungan keberlainan dilukis sebagai
manusia alat teknologi – (dunia).
Sementara itu, hubungan latar belakang memandang teknologi berada di latar
belakang tanpa memainkan peran yang utama, namun tetap penting dan berpengaruh.
Struktur yang invarian pada kebanyakan hubungan manusia-teknologi adalah
dimensi amplifikasi dan reduksi yang mengubah pengalaman manusia akan dunianya.
Dimensi amplifikasi adalah peningkatan atau pembesaran ciri tertentu akibat
dari penggunaan alat. Sementara itu, dimensi reduksi berkaitan dengan
pengurangan ciri-ciri lainnya yang terjadi secara bersamaan. Dimensi amlifikasi
lebih menonjol dan diperhatikan karena lebih mengesankan, sedangkan dimensei
reduksi kurang diperhatikan dan sering dilupakan. Penekanan berlebihan pada
dimensi amplifikasi akan mengakibatkan pencerapan yang monodimensional sehingga alat cenderung
mengarahkan penggunanya ke tujuan tertentu yang tidak disadari secara langsung,
terutama dalam penelitian sains. Pengguna alat tidak menyadari kecenderungan ke
arah tertentu yang dimungkinkan oleh alat. Karena amplifikasi aspek tertentu,
dunia yang ditampilkan melalui alat, terutama dalam hubungan hermeneutis, dapat
dianggap lebih nyata daripada dunia-kehidupan yang sebenarnya. Untuk menghidari
hal ini, dimensi reduksi yang kurang mendapat perhatian semestinya
diikutsertakan dengan dimensi amplifikasi. Artinya kedua dimensi harus
dipertimbangkan sekaligus untuk mencegah salah anggapan mengenai
dunia-kehidupan.
Bab IV Pengaruh dan dampak
teknologi atas manusia dan dunianya
Pada bagian ini Lim menguraikan pandangan Ihde tentang pengaruh dan
dampak teknologi atas manusia dan dinianya. Dikatakan bahwa selain mempengaruhi
pengalaman dan persepsi manusia, teknologi juga berdampak pada budaya manusia.
Dampak teknologi terhadap budaya berbeda-beda dalam budaya yang berbeda. Ihde
mengatakan bahwa teknologi tertanam dalam budaya. Maksudya, teknologi yang sama
digunakan dengan cara yang berbeda dalam budaya yang berbeda. Teknologi juga
memiliki sifat multistabilitas.
Multistabilitas ini ditunjukkan melalui persepsi visual dari suatu
bentuk yang sama, tetapi mempunyai beberapa kemungkinan cara melihat yang
stabil. Ini memungkinkan bahwa alat teknologi yang sama bisa memiliki kegunaan
yang berbeda dan menjadi stabil dalam budaya yang berlainan. Pengaruh lain dari
teknologi ialah plurikulturitas. Plurikulturitas terjadi berkat teknologi,
khususnya melalui teknologi citra. Satu lagi dampak teknologi atas dunia
kehidupan yang penting ialah beban yang melekat dalam suatu keputusan, terutama
keptusan yang sadar. Pengaruh lainnya
ialah materialisasi yang konseptual. Bentuk dan damapak teknologi yang terakhir
ialah fenomena berulang balik.
Bab V Tanggapan terhadap pemikiran
Don Ihde
Pada bagian ini Lim secara khusus menilai hubungan
manusia-teknologi-dunia kehidupan filsafat teknologi ala Ihde. Menurut Lim,
kajian Ihde mengenai hugungan manusia-teknologi-dunia sangat individualistic.
Pengalaman manusia menggunkan alat berlangsung dalam konteks individu.
Perubahan persepsi dan pengalaman pun dialami secara individual. Fenomena
pengalaman individu ini kemudia ditarik
kepada pengalaman semua orang. Di sini Lim mempertanyakan apakah
penarikan ini bersifat umum atau tidak? Menurut Lim, pengalaman individu sangat
berbeda antara satu dengan yang lain. Lim mengatakan bahwa, Ihde kurang
mengeksplorasi pengalaman kolektif penggunaan alat, keculi dalam konteks
budaya.
Selain itu menurut Lim, Ihde membahas alat teknologi dalam arti yang
sangat luas dan tidak membeda-bedakan alat yang digunakan manusia. kemudian
dalam mengulas hubungan manusia-tenologinya, Ihde kurang memberi perhatian pada
mesin kompleks yang canggih. Dalam aneka hubngan yang Ihde sebutkan, ia hanya
berfous pada alat sederhana. Selanjutnya, dalam membahas peningkatan kemampuan
tubuh manusia berkat penggunaan
teknologi, Ihde tidak membicarakan kemampuan transendensi manusia lewat teknologi
secara lebih mendalam, terutama pada tubuh. Lim juga mengkritisi pemikiran Ihde
mengenai pengaruh teknologi yang menghasilkan plurikulturitas. Lim
memepertanyakan apakah teknologi hanya menciptakan plurikulturitas atau justru
menciptakan homogenitas budaya juga. Menurut Lim, dominasi budaya tertentu
mengakibatkan homogenitas budaya. Hal ini terjadi karena tidak ada budaya yang
dibawa oleh teknologi dapat diadaptasi secara penuh dalam budaya yang
menerimanya.
B. TANGGAPAN
PERESENSI
Bagian ini merupakan tanggapan kami sebagai perensensi atas buku yang
ditulis oleh Francis Lim. Sebelum menanggapi buku ini secara menyeluruh, kami
akan menanggapi bagian khusus dalam buku ini terutama pada bagian kritik Lim
terhadap pemikiran Ihde. Kami setuju dengan Lim bahwa dalam mengulas hubungan
manusia-tenologinya, Ihde kurang memberi perhatian pada mesin kompleks yang
canggih. Dalam aneka hubngan yang Ihde sebutkan, ia hanya berfous pada alat
sederhana. Namun kami juga memaklumi bahwa Ihde saat itu berada dalam masa di
mana mesin-mesin tidak terlalu kompleks. Menurut kami, Lim berlebihan jika
menilai keadaan masa lalu dengan ukuran masa kini. Selain itu, kami
menyangsikan kritik Lim atas pemikiran Ihde mengenai pengaruh teknologi yang
menghasilkan plurikulturitas. Menurut Lim, dominasi budaya tertentu
mengakibatkan homogenitas budaya. Bagi kami, kritik Lim berasal dari sebuah
ketakutan yang tidak beralasan. Kecurigaan bahwa teknologi merupakan suatu
system yang memonopoli kebudayaan lain telah melahirkan kebencian terhadap
budaya barat khususnya budaya Amerika. Lim
terlalu negative dalam mengkritisi pemikiran Ihde. Bagi kami, Ihde adalah
pemikir yang sangat positif thinking. Ia mengangkat nilai-nilai positif dalam
menjelaskan hubungan manusia-teknologi untuk menghidari sikap negative terhadap
teknologi.
Secara umum ulasan dalam buku ini
terbilang mudah untuk dicerap khususnya bagi mereka yang sudah terbiasa dengan
alam pemikiran filsafat. Namun, akan menjadi bahan bacaan yang rumit untuk
dimengerti bagi mereka yang awam. Buku yang ditulis Lim merupakan refleksi
mendalam tentang teknologi yang dalam abad ini menjadi semakin canggih,
kompleks, semakin melingkupi kehidupan kita dan mengubah hubungan kita dengan
alam semesta, sesama dan diri kita sendiri. Saat membaca buku ini, pembaca
dihantar dalam suatu alam pemikiran yang benar-benar filosofis sehingga
menuntun pembacaya pada titik kesadaran akan hubungan dirinya dengan teknologi.
Dengan demikian, diharapkan setelah membaca buku ini, pembaca menyadari bahwa
ia tidak mungkin menghidari penggunaan teknologi dalam kehidupan sehari-hari,
namun dengan kehendak bebas ia tetap mempunyai pilihan untuk tidak membiarkan
teknologi mendominasi hidupnya. Buku ini menjadi bacaan wajib bagi siapa saja
yang memiliki minat dalam filsafat teknologi. Selain itu, buku ini baik juga
dibaca oleh orang yang memiliki tugas mengarahkan banyak orang pada suatu
pencerahan/gembala umat. Buku ini sangat menarik untuk dibaca karena
menghadirkan suatu alur pikiran baru dalam melihat kenyataan teknologi yang
semakin kompleks dan canggih. Buku ini juga membuka tema baru yang belum
diteliti. Selamat membaca.
Salam Peresensi
Komentar
Posting Komentar
Jangan Lupa Komennya ya....